Analisis Pertandingan: Borussia Mönchengladbach 1–3 Bayer Leverkusen

Muhammad Fayyadh
8 min readMay 26, 2020
sumber foto: twitter.com/borussia_en

Leverkusen berhasil mendapatkan tiga angka penting saat bertandang ke markas Gladbach, Borussia Park. Kemenangan tersebut membuat mereka berhasil masuk ke empat besar klasemen dan menjaga peluang tampil di Liga Champions musim depan.

Pertandingan antara Gladbach dan Leverkusen sudah diantisipasi sebagai salah satu pertandingan krusial di sisa musim Bundesliga. Kedua tim tampil impresif musim ini dan memiliki peluang besar untuk berada di empat besar bahkan menjadi juara. Selain itu, keduanya juga tengah berada dalam tren positif. Gladbach berada dalam tren 2 kemenangan beruntun, sementara tim tamu memenangi 5 dari 6 pertandingan liga terakhirnya.

Line-up

Dari kubu tuan rumah, Pelatih Gladbach Marco Rose tidak melakukan perubahan dari susunan awal 4–2–3–1 ketika mengalahkan Frankfurt di pekan sebelumnya. Yann Sommer sebagai penjaga gawang. Empat bek diisi oleh Stefan Lainer, Mathias Ginter, Nico Elvedi, dan Ramy Bensebaini. Tobias Strobl dan Florian Neuhaus berduet sebagai double pivot di depan empat bek. Jonas Hofmann dan Marcus Thuram mengisi kedua sisi sayap, mengapit Breel Embolo yang tampil di belakang striker tunggal Alassane Plea.

Dari kubu tim tamu, Pelatih Peter Bosz melakukan perubahan susunan awal dari laga sebelumnya melawan Werder Bremen. Leverkusen kali ini turun dengan formasi 3–4–3. Lukas Hradecky di bawah mistar. Edmond Tapsoba, Sven Bender, dan Aleksandar Dragovic sebagai bek tengah diapit Mitchell Weiser dan Daley Sinkgraven di kedua sisi. Kerem Demirbay dan Charles Aranguiz berduet di lini tengah. Di lini depan, trio Karim Bellarabi, Moussa Diaby, dan Kai Havertz memimpin lini serang.

Line-up Gladbach dan Leverkusen

Babak Pertama

Leverkusen berhasil unggul 1–0 di babak pertama melalui gol Havertz. Pada 45 menit awal, tim tamu tampil cukup dominan dengan membatasi Gladbach membangun serangan dan menciptakan peluang. Di sisi lain, Gladbach tidak mampu mencegah efektivitas build-up Leverkusen.

Build-up Gladbach vs Pressing man-oriented Leverkusen

Gladbach banyak membangun serangan dari bawah. Dua bek tengah, Ginter dan Elvedi akan melebar mengapit kiper, Sommer. Salah satu dari Strobl atau Neuhaus biasanya akan turun menjadi pemain no. 6. Dua bek sayap, Lainer dan Bensebaini akan melebar. Pemain no. 10 (Embolo/Stindl) akan turun sejajar dengan no. 8. Sementara Thuram, Plea, dan Hofmann mengisi lini terdepan.

Leverkusen melakukan pressing blok tinggi dengan orientasi penjagaan perorangan, terutama di lini depan dan tengah. Dua penyerang sayap, Diaby dan Bellarabi akan berfokus kepada dua bek tengah. Apabila kondisinya memungkinkan, keduanya akan melakukan curved run untuk memotong akses terhadap bek sayap menggunakan cover shadow. Havertz (no. 9) akan berfokus pada salah satu no. 8 lawan yang turun. Dua gelandang Leverkusen menjaga dua gelandang lainnya.

Pressing blok tinggi Leverkusen dengan orientasi penjagaan perorangan

Lini belakang Leverkusen secara umum cenderung mempertahankan bentuk lima bek saat bertahan. Mereka baru akan aktif terlibat dalam pressing di atas untuk menekan dua fullback lawan (Lainer-Bensebaini) oleh wingback mereka (Weiser-Sinkgraven). Bek tengah sisi luar (Tapsoba-Dragovic) juga aktif mengikuti penyerang sayap Gladbach yang turun ke lini belakangnya untuk memberikan akses operan. Hal tersebut mungkin untuk dilakukan karena jumlah pemain di lini belakang terbilang cukup untuk menutup areanya ketika Gladbach mengirim bola panjang ke lini depan.

Situasi bek tengah terluar melakukan pressing kepada penyerang sayap lawan yang turun ke lini tengah

Bentuk pressing tersebut menyulitkan Gladbach untuk melakukan build-up vertikal melalui area tengah. Gladbach umumnya kerap melakukan build-up vertikal langsung kepada penyerang, yang kemudian melakukan wall-pass kepada pemain terdekat. Pemain tersebut kemudian mengirimkan umpan kepada pemain lain yang melakukan 3rd man run di belakang pertahanan lawan. Akan tetapi hal tersebut sulit dilakukan akibat mekanisme pressing yang cepat dilakukan oleh Leverkusen. Gladbach kemudian banyak mengandalkan kemampuan 1v1 penyerangnya, yang jarang membuahkan hasil di babak pertama akibat situasi yang tidak memungkinkan.

Gladbach sulit melakukan build-up vertikal seperti biasanya

Sebagai solusi, Gladbach melakukan serangan dari sayap melalui fullback. Bentuk pressing tim tamu yang cenderung rapat memberikan ruang bagi Gladbach di area flank untuk membuka akses ke ruang antarlini. Dalam beberapa kesempatan, bek tengah Gladbach sejenak menahan bola untuk menarik winger lawan sehingga terbuka ruang untuk fullback mereka.

Keberhasilan build-up Leverkusen

salah satu kunci dominasi Leverkusen di paruh pertama adalah efektivitas build-up mereka dalam memancing pressing pemain Gladbach dan menciptakan ruang untuk dieksploitasi.

Leverkusen melakukan build-up di lini pertama dengan kiper dan tiga bek tengah. Dua wingback mengokupansi sisi sayap selebar mungkin. Dua gelandang bertahan memberikan akses operan di area tengah. Dua penyerang sayap mengambil posisi di antara bek tengah dan bek sayap lawan. Havertz menjadi pemain dengan posisi yang cenderung bebas, namun umumnya ia beroperasi di ruang antarlini atau half-space terdekat.

Gladbach melakukan pressing di atas menggunakan empat pemain terdepannya. Dalam banyak kasus, striker dan dua pemain sayap berorientasi ke tiga bek tengah lawan sekaligus menutup akses vertikal kepada dua gelandang tengah lawan. Kedua fullback ditugaskan untuk melakukan tekanan secepat mungkin ketika bola diarahkan ke wingback lawan.

Build-up Leverkusen

Untuk memiliki progresi bersih, Leverkusen menggunakan keunggulan jumlah di belakang untuk menarik tiga pemain terdepan lawan untuk menekan bek tengah. Hal tersebut membuat satu no. 10 (Stindl di gambar di atas) harus menghadapi dua gelandang tengah lawan. Dua gelandang tengah Leverkusen tidak bisa leluasa melakukan pressing ke depan karena harus menjaga ruang antarlini agar tidak dieksploitasi pemain lawan, terutama Havertz yang beroperasi di area tersebut.

Tapsoba memancing Thuram melakukan pressing dan membuka jalur operan ke Aranguiz. Neuhaus yang ikut melakukan pressing ke depan meninggalkan space yang dieksploitasi oleh Havertz.

Progresi lainnya juga bisa didapat melalui area sayap. Ketika bola dikuasai oleh wingback, fullback lawan akan secepat mungkin melakukan tekanan. Hal tersebut menimbulkan ruang antara fullback tersebut dengan bek tengah yang dapat dieksploitasi oleh kedua penyerang sayap Leverkusen.

Momen sebelum gol pertama Leverkusen. Bellarabi memanfaatkan ruang antara Bensebaini (bek kiri) dan Elvedi (bek tengah). Sebelumnya Bensebaini melakukan pressing di area lawan.

Keberhasilan Leverkusen tidak lepas dari keunggulan jumlah 6v4 melawan Gladbach di lini pertama. Keunggulan tersebut membantu Leverkusen untuk memanipulasi pressing lawan; memancing lawan untuk menekan, mengubah arah serangan, dan mengeksploitasi ruang yang ditinggalkan. Hal tersebut menjadi pondasi untuk penguasaan bola yang stabil di area yang lebih tinggi.

Babak Kedua

Pada awal babak kedua, Gladbach sempat menyamakan kedudukan dan mulai menguasai pertandingan akibat perubahan taktik yang dilakukan. Akan tetapi Leverkusen merespon dengan tepat dan mampu mengamankan tiga angka.

Perubahan Formasi Gladbach: Peran Krusial Stindl di Ruang Antarlini

Kesulitan tampil baik di babak pertama, Gladbach melakukan perubahan formasi di babak kedua menjadi 3–4–3/3–4–2–1. Strobl turun lebih ke bawah dan berposisi sejajar dengan dua bek tengah. Hofmann menjadi gelandang tengah bersama Neuhaus, sementara lini depan diisi oleh trio Thuram-Plea-Stindl.

Dengan kedua tim bermain dalam formasi yang sama, akan banyak tercipta situasi 1v1, terutama di pertemuan antara lini pertama build-up menghadapi lini pertama pressing lawan.

Konsekuensi dari perubahan taktikal tersebut adalah Gladbach dapat menyiasati situasi kalah jumlah yang banyak terjadi di paruh pertama. Dalam melakukan pressing, situasi jumlah pemain yang sama memungkinkan Gladbach untuk membatasi Leverkusen melakukan build-up secara konstruktif seperti pada babak pertama. Leverkusen beberapa kali terpaksa melakukan operan ke kiper atau memainkan bola-bola panjang ke depan yang mudah diantisipasi oleh Gladbach. Tim tuan rumah bahkan beberapa kali bisa melakukan serangan balik dari situasi tersebut.

343 Gladbach menyulitkan Leverkusen membangun serangan

Pada dasarnya Gladbach mendapatkan masalah yang sama ketika membangun serangan. Akan tetapi, Gladbach menyiasatinya dengan pemosisian penyerangnya. Dalam situasi build-up, Stindl akan bermain lebih ke dalam di area half-space dan memanfaatkan ruang antarlini. Hal tersebut terlihat pada gol penyama kedudukan yang dicetak oleh Thuram.

Proses gol penyama kedudukan dengan permainan vertikal Gladbach: Sommer-Stindl-Plea-Thuram

Dari gambar di atas terlihat bagaimana Stindl turun ke ruang antarlini dalam situasi build-up. Pemosisian dua gelandang Leverkusen yang terpancing menekan dua gelandang Gladbach plus overload yang dilakukan oleh tiga pemain depan Gladbach di sisi kanan pertahanan Leverkusen membuat Stindl bebas di ruang antarlini untuk menerima second ball dari Thuram. Setelah menerima bola, Stindl menarik Dargovic keluar dan melakukan pressing. Stindl kemudian memberikan bola kepada Plea, yang setelah tiga sentuhan langsung mengirim bola terobosan kepada Thuram yang mengeksploitasi ruang yang ditinggalkan Dragovic.

Setelah gol tersebut, Dragovic lebih hati-hati dan tidak banyak melakukan pressing. Namun hal tersebut justru membuat Stindl lebih leluasa dalam melakukan koneksi serangan dengan meng-overload lini tengah. Gladbach kemudian dapat memiliki akses progresi serangan bersih dari bawah.

Stindl yang turun ke lini tengah dan memberikan opsi untuk progresi serangan

Respon Leverkusen: Bender sebagai Gelandang Bertahan ‘Palsu’

Merespon hal tersebut, Leverkusen melakukan penyesuaian. Sebelumnya, yang diberikan tugas penjagaan kepada Stindl (sayap kanan) adalah Dragovic (bek tengah kiri). Setelah gol lawan yang mengeksploitasi wilayahnya, Dragovic menjadi lebih pasif dalam melakukan tekanan. Akan tetapi hal tersebut justru membuat ruang antarlini Leverkusen menjadi lebih terbuka untuk dieksploitasi.

Tugas menekan Stindl (atau siapapun pemain lawan yang turun ke ruang antarlini) kemudian diberikan kepada Bender yang merupakan bek tengah sentral. Bender melakukan penjagaan di area antarlini hingga 1/3 kedua, sementara bek lainnya mempertahankan bentuk empat bek sejajar. Inisiatif ini membuat Leverkusen seperti bermain dengan 4–1–2–3 di mana Bender seolah-olah berperan sebagai gelandang bertahan.

Bender dalam menutup ruang antarlini

Respon Leverkusen tersebut mampu menjadi solusi atas permasalahan kalah jumlah mereka di lini tengah. Gladbach menjadi sulit melakukan build-up konstruktif seperti sebelumnya. Gol ketiga tim tamu berawal dari keberhasilan mereka merebut bola build-up lawan di lini tengah, sebelum Bailey melakukan serangan balik cepat dan dilanggar di pinggir kotak penalti. Bender kemudian dapat mencetak gol memanfaatkan umpan tendangan bebas.

Kesimpulan

Tiga angka dari Borussia Park membuat Havertz dkk. saat ini berhasil masuk ke empat besar dan melewati Gladbach. Kemenangan tersebut tidak lepas dari dominasi taktikal yang diperlihatkan selama babak pertama. Leverkusen bahkan nyaris unggul dua gol apabila sepakan Bellarabi tidak diselamatkan Elvedi di garis gawang.

Di awal hingga pertengahan babak kedua, perubahan taktikal Gladbach mampu merusak dominasi Leverkusen. Perlahan mereka mampu keluar dari tekanan dan menciptakan beberapa peluang berbahaya. Tuan rumah juga berhasil menghambat konstruksi serangan tim tamu.

Akan tetapi, Leverkusen mampu merespon perubahan tersebut dengan tepat. Tanpa mengubah pola orientasi penjagaan perorangan mereka, progresi serangan Gladbach dapat diredam. Pada akhirnya, anak asuh Peter Bosz dapat mengamankan poin penuh dari laga tandang yang sulit.

Foto sampul: twitter.com/borussia_en

--

--